Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kaos Maksiat vs Kaos Dakwah, Siapa Pemenangnya?

Latar belakang ditulisnya artikel ini karena saat naik motor bersama anak, penulis melihat ada pemuda yang naik motor memakai baju Chivas Regal. Ada yang tahu apa itu Chivas Regal? Ya, salah satu merk minuman keras. Sebenarnya tidak kali ini saja penulis melihat kaos dengan brand minuman keras, sebelumnya pernah melihat versi Jhonny Walker atau Guinness dan yang semisal. Heran diri ini, kok bisa bisanya dengan bangga memakai kaos merk minuman keras tersebut. Tak heran jika penulis mengatakan bahwa kaos dengan tipe seperti itu adalah termasuk kaos maksiat, lawan dari kaos dakwah Islam.

Masih banyak tipe kaos maksiat yang lain, misalkan kaos yang mengajarkan pacaran, selingkuh. Ada juga kaos yang mengajarkan pemikiran hidup bebas (liberalisme) bahkan sampai ada kaos yang mengajak pada sosialisme komunisme. Kaos-kaos tersebut berasal dari grade bermacam-macam, mulai dari grade pinggir toko hingga grade kaos distro. Disini penting kiranya kaos dakwah  sebagai kaos anti maksiat untuk mengimbangi kaos-kaos maksiat tersebut.

Ilustrasi Minuman Keras vis kriminalitas.com
Tak bisa dipungkiri, rusaknya masyarakat akibat dari rusaknya pemikiran, perasaan dan aturan di masyarakat. Hal tersebut akan berimbas pada individu-individu yang ada. Saat ini, kenapa bisa kaos Chivas Regal disukai oleh orang-orang. Karena banyak yang menganggap bahwa khamer itu tidak masalah diminum, mereka suka dengan minuman tersebut dan aturan yang ada membolehkan minuman keras beredar, asal memiliki izin. Ini sangat berbahaya, kemaksiatan sistemik yang akan mempengaruhi orang secara massal. Tak takutkan akan ancaman dosa akibat mengajak dalam keburukan dalam hadisti ini : 

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dan dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu." (HR Muslim)

Adanya kaos dakwah akan membantu memperbaiki pemikiran dan perasaan masyarakat yang rusak, namun tidak dengan aturan. Selama pemilik kebijakan tidak merubah aturan dengan tepat, maka upaya untuk memperbaiki masyarakat seperti gali lubang tutup lubang. Masalah akan timbul silih berganti. Sudah ada kaos dakwah yang mengajak menjauhi khamer, meninggalkan pacaran dan bahkan sampai mengajak pada pergantian kepada sistem Islam. Namun kaos tetaplah kaos, hanya sebagai media propaganda saja, tidak lebih.

Oleh karena itu, untuk menghilangkan kaos maksiat secara efektif, perlu adanya perubahan regulasi. Ketika negara tidak membolehkan minuman keras, dan hal yang mengajak akan hal tersebut dilarang. Maka dengan sendirinya kaos maksiat brand minuman keras akan hilang. Bahkan sampai diskotiknya pun akan ditutup. [Baca juga : Muslim Jogja Dikepung Diskotek] Sebuah cara yang efektif. Saat ini mungkin kaos maksiat masih leading dibandingkan kaos dakwah. Namun suatu saat ketika terjadi pergantian sistem ke arah Islam, kaos maksiat akan ditinggalkan, dengan peranan negara tentunya. [igeno]

Posting Komentar untuk "Kaos Maksiat vs Kaos Dakwah, Siapa Pemenangnya?"